Collection

Collection
.

Kamis, 25 Oktober 2012

Tugas UTS Psikologi Belajar TA. 2012/2013

Kelompok 11 :


Pengen gak ikut terlibat lansung dalam permainan ular tangga?? Kalau biasanya kita yang menggerakkan pionnya, nah sekarang gimana kalau kita yang jadi pionnya. Ditambah lagi kita bisa bermain sambil belajar teorinya B.F. Skinner. Dan untuk bisa merasakan sensasi serunya bermain sambil belajar jawabannya ada di “ULAR TANGGA RAKSASA”.
Konsep ular tangga raksasa ini sengaja kami pilih dalam menerapkan teori B.F. Skinner agar kita dapat lebih mudah menyerap inti dari teori tersebut. Cara bermainnya sama seperti bermain ular tangga biasa hanya saja kami mengembangkan beberapa aturannya yang dapat mengaplikasikan langsung teori B.F. Skinner, berikut adalah deskripsi ular tangga ini :
·       Terdiri dari 100 petak karton yang berukuran 20x20 cm.
·       Memiliki tampilan mirip dengan ular tangga pada umumnya.
·      Didalam petak-petak tersebut nantinya akan ada instrument berupa gambar yang memiliki makna.

-  Gambar tangga berarti peserta dapat naik beberapa petak sesuai dengan yang telah ditentukan.
-        Ular berarti peserta akan turun beberapa petak sesuai yang telah ditentukan juga.
-        Amplop yang berisi pertanyaan seputar Psikologi Belajar ataupun instruksi untuk melakukan suatu tindakan.


Cara dan peraturan dalam permainan ular tangga raksasa ini :
  •  Peserta terdiri dari 5 orang yang akan menjadi pion secara lansung (kami akan memilih para pion berdasarkan warna pakaian yang berbeda-beda).
  • Permainan dimulai dari garis “start” (yang awalnya setiap peserta akan mengocok dadu) dan akan berakhir pada finish.
  • Peserta akan melangkah sebanyak jumlah angka yang tertera pada dadu.
  • Jika peserta mendapati petak yang berisi amplop, peserta harus mengerjakan instruksi yang ada dalam amplop tersebut. Peserta akan mendapatkan reward (positive reinforcement) jika dapat melakukan instruksi yang ada dalam amplop, dan akan mendapatkan hukuman jika gagal menjalankan instruksi tersebut.
  • Peserta yang paling cepat sampai pada petak finish akan menjadi pemenang dan akan mendapatkan reward special.


Pembahasan dengan teori Skinner
Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).
Penguatan dan Hukuman. 
1.      Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
Ø  Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Dalam hal ini penguatan positif berupa reward yang diberikan jika peserta bisa melakukan instruksi yang ada dalam amplop dengan tepat.
Ø  Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan).
Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan.
2.      Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Hukuman mengandung pengurangan atau penekanan tingkah laku.  Suatu perbuatan yang diikuti hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi pada situasi-situasi yang serupa di saat lain.

Selasa, 23 Oktober 2012

Review Jurnal



Judul               : MEMORI DAN PEMBELAJARAN
Penulis             : Salmaini Yeli
Asal                 : Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau.

Ringkasan  Jurnal
A.    Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya untuk menimbulkan perubahan pada diri anak  sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yang tertuang dalam perencanaan pembelajaran sebagai kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki anak didik. Belajar  memiliki kaitan yang sangat erat dengan memori, bahkan fungsi pertama dalam memori itu sendiri adalah fungsi memasukkan (learning) yang diperoleh seseorang dalam kehidupannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Dalam evaluasi pembelajaran pun pada dasarnya adalah mengevaluasi kemampuan memori anak, mulai dari proses memasukkan (learning),  menyimpan (retaining) dan mengingat kembali (remembering).

1.      Fungsi Learning
Learning (mencamkan, memasukkan) adalah  lekatnya kesan terhadap suatu  obyek sedemikian rupa sehingga tersimpan dan dapat direproduksi (dikeluarkan kembali). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam  learning (mencamkan, memasukkan) sesuai dengan pengalaman dan faktor individual serta obyek yang dipelajari.  Para psikolog berusaha mengemukakan bagaimana proses memasukkan (belajar) ini terjadi. Ada beberapa teori yang dikemukakan, yaitu  Pertama, teori daya (faculty theory). Menurut teori ini, jiwa mempunyai berbagai kotak yang berisikan daya untuk mengingat, untuk berpikir, daya untuk merasa dan sebagainya. Belajar cukup dengan mengasah salah satu daya saja, sebab nantinya akan terjadi transfer ke daya yang lain. Kedua, teori behavoristik. Ketiga, teori gestalt.Menurut teori ini,  belajar adalah manusia belajar secara keseluruhan; belajar didorong oleh kemauan secara sadar.

2.      Fungsi Menyimpan (Retention)
Apa yang dipelajari seorang individu kemudian disimpan (retention). Rentang waktu (interval, jarak) dengan proses mencamkan (belajar) akan mempengaruhi memori (ingatan) seseorang. Hal ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu (1) lama interval ® menunjukkan lamanya rentang waktu antara pemasukan bahan dengan masa ditimbulkannya kembali bahan tersebut. Makin panjang jarak (interval) antara keduanya maka makin lemah retensinya; (2) isi interval ® aktivitas-aktivitas yang terdapat (dilakukan) selama interval waktu akan mempengaruhi memori  traces(jejak-jejak memori) sehingga dapat menyebabkan orang tersebut lupa.
Sehubungan  dengan ini, ada dua teori tentang kelupaan yang bersumber dari interval ini, yaitu (1) teori atropi. Teori ini menitikberatkan pada lama interval. Menurut teori ini, kelupaan terjadi karena jejak-jejak ingatan (trace of memory) telah lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran; (2) teori interferensi. Teori ini menitikberatkan pada isi interval. Menurut teori ini, kelupaan terjadi karena jejak-jejak memori  saling bercampur aduk dan mengganggu satu sama lain.

3.      Fungsi Menimbulkan Kembali (remembering)
Fungsi  remembering adalah kemampuan untuk menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Dalam  menimbulkan kembali dibedakan antara mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali (to recognize). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa  memori bersifat terbatas, kadangkadang tidak dapat tepat seperti apa adanya dan tidak lengkap. Hal ini disebabkan oleh beberapa aspek, yaitu (1) cara memasukkan kurang tepat, (2) adanya kecerobohan pada waktu mempersepsi sehingga apa yang dilihat tidak sama dengan obyek sebenarnya, (3) retensi yang kurang baik, dan (4) dapat juga karena adanya gangguan dalam mengeluarkan kembali seperti amnesia, dan degeneratif.

B.     Metode Penyelidikan Memori
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelidiki memori, yaitu (1) metode dengan melihat waktu atau usaha belajar (the learning method), (2) metode mempelajari kembali (the relearning method), (3) metode rekonstruksi,; (4) metode mengenal kembali (rekognisi), (5) metode mengingat kembali (recall), Metode-metode yang digunakan untuk penyelidikan memori di atas dapat pula digunakan sebagai metode serta evaluasi hasil pembelajaran, sehingga dapat diketahui perbedaan individual yang ada pada  diri  siswa.

C.    Jenis-Jenis Memori
Memori dilihat dari waktu dan kapasitasnya dapat diklasifikasikan kepada memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (longterm memory).

D.    Meningkatkan Memori Siswa
Win Winger 23 juga mengemukakan beberapa kiat jitu untuk memperoleh kecakapan dalam belajar, kesemuanya disinyalir dapat meningkatkan kemampuan individu dalam belajar, yaitu (1) ubah ”fakta kering” menjadi pengalaman tak terlupakan, (2) bicaralah dan bicarakanlah hal-hal atau masalah-masalah kunci dengan seseorang, (3) berujicobalah dengan masalah, bereksperimenlah, amatilah dan catatlah, (4) ubahlah setiap pokok masalah yang tidak dimengerti menjadi suatu masalah yang dimengerti dan pecahkanlah  menurut kiat-kiat di atas, dan (5) untuk memastikan Anda memahami sesuatu, jelaskan kepada seseorang yang kurang berpengalaman ketimbang Anda, atau yang  berasal dari latar belakang yang jauh berbeda dan buatlah ia paham.

Pembahasan
Berdasarkan dengan teori dari buku Learning and Intruction yang dapat dikaitkan dengan jurnal diatas, sesuai dengan pembahasan mengenai jenis memori. Dikatakan bahwa tiga pendapat mengonseptualisasikan memori manusia dalam istilah keadaan atau tahapan, yaitu konsep system memori, kensep keadaan dan tahapan pemrosesan. Hal yang sama juga didalam jurnal dikatakan bahwa konsep system mendeskripsikan memori sistematik , memori procedural, dan memori episodic. Jurnal diatas mengaitkan bagaimana jenis memori tersebut mempengaruhi dalam proses belajar (learning).
Proses kontrol eksekutif juga mempengaruhi bagaimana proses belajar berlansung, didalamnya terdapat penyimpanan jangka pendek (short term memory) dan jangka pendek (long term memory). Jurnal diatas juga memberikan informasi bagaimana penyimpanan tersebut memberikan keberfungsiannya dengan proses belajar tersebut.

Kritik dan Saran
Jurnal yang berjudul megenai MEMORI DAN PEMBELAJARAN diatas mempunyai sumber informasi yang kaya berkaitan PERSPEKTIF KOGNITIF tersebut yang menjadi topik mata perkuliahan Psikologi Belajar kali ini, hal ini menjadikan pemahaman yang diperoleh pembaca bertambah dikarenakan jurnal tersebut menggunakan bahasa-bahasa sederhana. Mereview jurnal ini sangat bagus untuk menambah informasi sehingga bagus untuk digunakan sebagai proses dan kiat belajar. Saran yang diberikan untuk jurnal ini adalah semoga akan ada banyak jurnal lagi yang membahas mengenai proses pembelajaran karena sesungguhnya pemahaman kita akan hal tersebut masih sangat minim. Terima kasih….^^

Senin, 15 Oktober 2012

Testimoni Perkuliahan 10 Oktober


Diawali ketika buk Dina masuk kedalam kelas, dan membawa banyak lembaran kertas yang saya tidak tau apa yang tengah direncanakan oleh buk Dina untuk perkuliahan hari ini. Ketika semua dari kami mengambil posisi duduk yang harus dipisahkan oleh satu bangku tiap orangnya dan membagi kelas menjadi 2 kelompok yaitu A dan B, tentu pikiran saya mulai merambat akan terjadi quiz di hari ini, padahal jujur saya tidak mempunyai persiapan saat itu. Namun ternyata tidak, buk Dina membagikan kami 2 kertas sertifikat dan 1 lembar kertas HVS kosong, dan meminta kami untuk membuat apa saja sesuai dengan kreativtas masing-masing dalam waktu 30 menit, buk Dina pun berjanji untuk memberikan kami reward 3 orang dalam kelompok A dan 3 orang dalam kelompok B.

Saat itu pikiran saya benar-benar blank, hingga waktu telah berjalan 15 menit saya masih terpaku ingin membuat apa pada 3 lembar kertas, ketika melihat kiri kanan yang telah asyik dengan ide masing-masing saya hanya bisa menyadari bahwa saya memang tidak cukup mempunyai kreativitas yang menonjol untuk dibanggakan. Beberapa detik kemudian saya mendapatkan ide mengapa saya tidak membuat diary tentang perasaan saya saat ini padahal menulis adalah hobby utuk saya, saya pun kembali bersemangat dan menulis dilembar HVS semua yang saya rasakan saat itu, dan kemudian membuat 2 lembar sertifikat menjadi tempat diary nya…

Inilah hasil yang saya dapat, sungguh menggenaskan menurut saya… !!! L


Ketika waktu habis, kami juga diberi kembali secarik kertas untuk menulis kaitan apa yang kami buat dengan teori belajar Skinner, dan saya kembali hanya menuangkan apa yang saya rasakan saat itu. Setelah semua terkumpul saatnya untuk menentukan 3 terbaik dari masing-masing kelompok, penilaian dilakukan dengan menggunakan secarik kertas tadi yang telah dibagi secara acak oleh buk Dina, dan yang mendapatkan kertas tersebut berhak memberi nilai mengenai hasil produk yang dibuat dengan kaitan oleh teori Skinner tadi. Saat itu milik saya diperiksa oleh Elienz, jujur saya heran ketika Elienz memerikan nilai 8 buat saya yang akhirnya membuat saya masuk dalam 6 orang terbaik, padahal saya merasa milik saya sangat buruk dibandingkan dengan yang lain.

Tapi walau demikian itu adalah hasil voting dari teman-teman lain yang menyetujui pendapat elienz tadi,hufh… sebenarnya beban saat menerima hadiah dari buk Dina melihat bahwa saya sangat-sangat minder dengan karya saya dan melihat sebenarnya masih banyak yang lebih pantas mendapatkan hadiah tersebut. Namun, saya kini percaya diri bahwa saya memang berhak mendapatkan hadiah tersebut, inilah hadiah yang saya dapatkan… :)


Saya yakin perkuliahan hari ini sangat mempunyai banyak makna untuk dijadikan pembelajaran, saya senang mengikuti perkuliahan ini karena banyak variasi pembelajaran yang tidak membuat kami jenuh… Sukses selalu Psikologi Belajar… J


Selasa, 09 Oktober 2012

Analisis Pengalaman dengan teori belajar BF.SKinner


Terkadang teori lebih mudah dimengerti saat kita mencoba mengaitkannya dengan hal-hal yang pernah kita alami sehari-hari atau bisa disebut sebagai pengalaman kita, disini saya akan menceritakan sedikit pengalaman yang dialami oleh adik saya yang menurut saya sangat berhubungan dengan pengaplikasian teori belajar dari BF.Skinner. Posting ini juga bertujuan sebagai kewajiban kami disetiap sebelum memulai perkuliahan “Psikologi Belajar”. Selamat membaca dan diharapkan komen yang dapat membangun ya….^^

Pengalaman
Sore itu, aldi (adik saya berumur 5 tahun) yang mempunyai kebiasaan bermain sepeda hingga menjelang magrib tetap melakukan aktifitasnya tanpa menghiraukan panggilan dari mama saya, dia tetap bermain dengan anak sebaya nya, ketika adzan mulai berkumandang dia pulang mendayung sepedanya kedepan rumah, menaikkan sepedanya hingga kelantai teras. Mama yang telah selesai mandi pun mengomeli aldi dan menyuruhnya untuk mandi sendiri yang itu artinya aldi harus menimba air dari sumur. Spontan saja aldi menolak dan mengatakan tidak mungkin ia dapat menimba air dengan badannya yang kecil dibandingkan dengan ember katrol penimba air tersebut.

Tapi mama pun tidak beranjak dari ruang tamu untuk membantu aldi mandi, hingga ayah datang dan menjewer telinga aldi menuju sumur, aldipun menangis. Malam hari setelah selesai makan malam ayah berpesan kepada kami, “ jika aldi tetap pulang saat adzan berkumandang jangan bolehkan dia masuk rumah dan jangan timbakan air untuk mandinya”. Aldi yang mendengar itu pun mengerutu dengan kesalnya, kelakuan adik saya yang satu ini memang sangat lucu.

Di sore berikutnya ternyata aldi lupa akan pesan dari ayah, maka ketika dia pulang ayah sengaja menutup pintu depan dan tidak menyediakan air mandinya, ia menangis di sumur saat itu cukup lama, ketika itu saya yang baru pulang dari rumah saudara pun segera menolong nya, dan ia berjanji untuk tidak mengulangi dikemudian hari. Dan memang benar ternyata dia betul-betul merasa hukuman yang diberikan kepadanya adalah sebuah pembelajaran untuknya sehingga ia tidak lagi mengulangnya dikesokan harinya.

Ayah yang melihat perubahan sikap aldi tentu tidak tinggal diam, ketika aldi telah selesai mandi sore itu, ayah sengaja memperbaiki rem sepeda aldi yang memang telah rusak, ini dilakukan beliau sebagai hadiah untuk aldi yang telah merubah sikapnya. Kami pun memberikan hadiah padanya berupa pujian. Untuk menguatkan sikap aldi kami tetap memberikan pujian dan hadiah kecil padanya dalam beberapa hari sampai akhirnya sikap pulang sore tepat waktu menjadi kebiasaan untuknya.

Analisis
Dari pengalaman aldi tadi, tanpa disadari telah teradi proses learning yang berkaitan dengan teori BF.Skinner, dimana dalam teori tersebut terdapat system reward and punishment. Sama hal nya dengan kelakuan aldi ketika dia melakukan prilaku yang dinilai salah oleh kami, kami pun memberikan punishment kepadanya berupa dikunci diluar rumah dan tidak ditimbakan air untuk mandi. Namun ketika aldi mulai merubah prilakunya kepada hal yang menurut kami sesuai dalam norma keluarga kami, ayah dan anggota keluarga pun memberikan reward kepada aldi berupa pujian-pujian dan memperbaiki rem sepedanya yang telah rusak.

Memberikan penguatan tidak bisa hanya dalam tempo sekali saat prilaku dimunculkan karena dengan begitu prilaku yang tidak diinginkan dapat muncul lagi, sehingga kita harus konsisten untum memberikan penguatan tersebut. Begitu juga dengan kami dalam memberikan reward kepada aldi, kami melakukannya berulang-ulang sesuai saat aldi melakukan prilaku yang diinginkan. Walau reward yang diberikan tidak mahal namun terkadang hal yang kecil lebih berarti daripada tidak sama sekali, dan terbukti kini prilaku tersebut telah berubah menjadi sebuah kebiasaan yang baik.
My Young Brother

Minggu, 07 Oktober 2012

Analisis Film "Kinky Boots"

Kelompok 11
Sinopsis Film 
 Kinky Boots adalah film yang berkisah mengenai Charlie Price yang berjuang untuk membangun pabrik sepatunya setelah ayahnya meninggal dunia. Charlie menyadari sepeninggal ayahnya pabrik sepatu miliknya mengalami kemunduran dan hampir bangkrut. Charlie mulai putus asa dengan keadaan pabriknya. Akhirnya Charlie memutuskan untuk berbicara pada setiap karyawan bahwa dirinya tidak mampu berbuat apa-apa lagi pada pabriknya. Sampai akhirnya salah satu karyawannya, Lauren memberi semangat agar dirinya tidak langsung menyerah.
Pada suatu malam Charlie bertemu dengan seorang waria bernama Lola. Singkat cerita Lola menginspirasi Charlie untuk membuat sepatu khusus waria. Dibantu oleh Lauren, Charlie berhasil membujuk Lola untuk membantunya membangkitkan pabriknya yang hampir bangkrut. Lola menjadi perancang untuk sepatu-sepatu yang dibuat pabrik Charlie. Dalam usaha pembangkitan pabrik sepatu Price tidaklah berjalan dengan mudah karena Charlie mengalami banyak hambatan, mulai dari meyakinkan para karyawan sampai masalah dengan tunangannya. Namun semua usaha Charlie tidaklah sia-sia karena pada akhirnya Charlie mampu membawa pabriknya bangkit kembali. 
Pembahasan :
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami mengenai cerita dari film "Kinky Boots", film ini dapat dikaitkan dengan teori yang disampaikan oleh Thorndike yaitu hukum belajar. Pertama, hukum efek yang menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat. Hal ini dapat dilihat ketika Lola menolak sepatu buatan Charlie pertama kali, namun Charlie tidak menyerah dan mencoba untuk membuatnya lagi. Hukum yang kedua yaitu hukum latihan yang menyatakan bahwa perulangan dari pengalaman akan meningkatkan respon yang benar. Berbagai usaha dilakukan Charlie untuk membangkitkan pabriknya lagi, dia tidak putus asa dan terus mengulang  usahanya sehingga dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Hukum yang terakhir yaitu hukum kesiapan yang mendeskripsikan kondisi yang mengatur keadaan yang disebut sebagai "memuaskan" atau "menjengkelkan". Lola sempat tidak mau membantu Charlie dan membuat Charlie menjadi jengkel namun Charlie menanggapinya dengan tenang hingga akhirnya Lola mau membantu Charlie. 
Teori belajar awal Gestalt juga dapat digunakan untuk membahas film ini, yaitu pada salah satu asumsi Gestalt organisme merespon "keseluruhan sensoris yang tersegregasi" atau gestalten ketimbang pada stimuli spesifik atau kejadian yang terpisah atau independen. Jika dikaitkan dengan film tadi asumsi itu dapat dilihat dalam tokoh Charlie yang di hadapkan pada sebuah situasi yang sulit, dimulai dari kematian sang ayah, tanggung jawabnya terhadap pabrik dan karyawan, sampai masalah  pertunangannya. Dalam kondisi terpuruk seperti itu Charlie melihat situasi itu sebagai satu kesatuan yang  mengarahkannya pada keadaan terpuruk dan putus asa. 
Selain asumsi kedua, film ini juga dapat dikaitkan dengan asumsi keempat dari teori Gestalt yaitu mengenai interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan di dalam struktur yang memengaruhi persepsi individu. Hal yang terkait dengan asumsi itu adalah adegan ketika Lauren memberi kata-kata semangat yang memengaruhi pikiran Charlie untuk tidak terlalu cepat mengambil keputusan menutup pabriknya.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan dapat memengaruhi individu, proses belajar yang terus menerus juga dapat memunculkan respon yang diharapkan.

Selasa, 02 Oktober 2012

Rangkuman Kelompok II


Kelompok 11. Dengan personil :

Kewajiban kami sebelum mengikuti mata perkuliahan ini adalah bagaimana kami bisa merangkum bagian-bagian penting yang nantinya akan dipelajari lebih dalam dikelas. Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami mengenai “Teori-Teori Belajar Awal” berikut adalah hasil rangkumannya.

TEORI-TEORI BELAJAR AWAL
            Sebagai disiplin ilmu muda, psikologi menghadapi dua pertanyaan utama yaitu: Apa yang seharusnya menjadi fokus studi? Dan, apa yang seharusnya menjadi cakupan disiplin ilmu ini?. Menanggapi kedua pertanyaan utama tersebut, seorang tokoh psikologi B. Watson memunculkan pendekatan behaviorisme. Watson mencatat bahwa fokus pada kesadaran dan proses mental menyebabkan psikologi menemui jalan buntu karena topik-topiknya yang sulit ditangani. Oleh karena itu Watson mengusulkan subjek studi umum “Perilaku” untuk menyatukan semua psikolog.
            Menurut Watson (1913) dengan mempelajari perilaku, psikolog akan mampu memprediksi respons yang ditimbulkan lewat stimulus dan sebaliknya. Ketika tujuan ini tercapai psikologi akan menjadi ilmu eksperimental objektif.
            Dalam mempelajari perilaku ada dua pendekatan awal yang perlu diketahui, yaitu penngkondisian klasik dan koneksionisme. Selain tentang dua pendekatan awal, behaviorisme juga mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar yaitu :
1.      Yang menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan menjadi mental internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian.
2.      Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan respons spesifik).
3.      Proses belajar adalah perubahan behavioral. Suatu respons khusus terasosiasikan dengan kejadian dari suatu stimuli khusus, dan terjadi dalam kehadiran stimulus tersebut.
Berikut akan dibahas mengenai beberapa tokoh yang terkenal dengan pendekatan pengkondisian klasik dan koneksionismenya.
Pavlov dan Pengkondisian Klasik atau Refleks
Kisah riset Pavlov memperlihatkan seorang ilmuwan kesepian yang secara tidak sengaja menemukan cara untuk mengontrol perilaku sederhana saat meneliti reflex keluarnya air liur anjing. Pengkondisian refleks dalam eksperimen Pavlov dan Bekheterev merefleksikan asumsi ini dan mendemonstrasikan bahwa relasi natural antara stimulus dan reflex yang terasosiasikan dapat diubah. Riset ini memuat asumsi bahwa sebab-sebab perilaku yang kompleks akan dapat diungkap.
Melatih refleks untuk merespons stimulus baru membutuhkan pemasangan berulang kali antara stimulus tersebut dan stimulus yang secara alamiah memunculkan refleks. Sebagai hasilnya, stimulus yang dikondisikan (CS) akan menimbulkan respons yang dikondisikan (CR). Ini disebut pengkondisian klasik.

Behaviorisme John Watson
Watson memberi kontribusi pada perkembangan psikologi melalui tiga cara, yaitu:
1.      Watson mengorganisasikan temuan riset pengkondisian ke dalam perspektif baru, yakni behaviorisme, dan membujuk psikolog lain untuk memahami arti penting dari pendapatnya.
2.      Konstribusi asli dari karyanya adalah memperluas metode pengkondisian klasik ke respons emosional pada manusia.
3.      Karyanya meningkatkan status belajar sebagai topik dalam psikologi.
Selain mengajak orang lain untuk mendukung pendapat behaviorisme yang didasarkan pada pengkondisian klasik, Watson juga mengembangkan teori emosi behavioral. Dia berpendapat bahwa kehidupan emosi orang dewasa bersumber dari pengkondisian reaksi emosional insting (cinta, marah, takut) terhadap berbagai macam objek dan peristiwa.

Koneksionisme Edward Thorndike
Koneksionisme Edward Thorndike berbeda dengan pengkondisian klasik dalam dua hal. Pertama, Thorndike tertarik dengan proses mental, dan dia pertama-tama mendesain eksperimennya untuk meneliti proses pemikiran binatang. Kedua, alih-alih meriset reaksi refleks atau tidak sukarela, Thorndike meneliti perilaku mandiri atau sukarela.
Riset Thorndike terhadap hewan adalah meneliti perilaku mandiri hewan, bukan reaksi refleksnya. Setelah melihat makin cepatnya hewan berhasil mencapai makanan, dia menyimpulkan bahwa respons yang tepat “tertanam” melalui asosiasi dengan akses ke makanan, yakni suatu keadaan yang memuaskan (hukum efek).

PSIKOLOGI GESTALT
Fokus riset dalam psikologi gestalt ini yaitu persepsi dalam belajar. Psikologi gestalt ini juga berfugsi sebagai penentangan behaviorisme di pertangahan abad ke 20. Ada 4 asumsi dasar dalam psikologi gestalt yaitu
1.      berbeda dengan behavioris dalam teoretisi gestalt berpendapat bahwa yang harus di pelajari adalah perilaku “ molar “ bukan perilaku “ molecular
2.       organisme merespon “ keseluruhan sensoris yang “ tersegregasi “ atau gestalten
3.       lingkungan geografis yang hadir sebagaimana adanya, berbeda dengan lingkungan behavioral yang merupakan cara sesuatu muncul.
4.      Organisme lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan didalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
Asumsi kedua dan ketiga menyatakan bahwa individu memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli dan merespons berdasarkan persepsi tersebut. Teoretisi gestalt berpendapat bahwa organisasi atau susunan dari stimuli di lingkungan itu sendiri adalah sebuah proses dimana proses ini akan mempengaruhi persepsi individu (asumsi ke 4).
Organism merespon keseluruhan ketimbang stimuli spesfik organisasi stimuli mempengaruhi persepsi,dan indevidu membangun persepsi ketimbang hanya menerima informasi secara pasif.
Karakteristik tampilan stimulus yang mempengaruhi persepsi adalah komprehensivitas dan stabilitas gambaran dalam hukum pragnanz dan karakteristik lain yang memberi kontribusi pada kelengkapan suatu struktur dan pola.
Psikologi gestalt memberi kontribusi dalam beberapa konsep untuk memahami pemecahan masalah di mana konsep yang paling terkenal adalah konsep pemahaman atau wawasan.kontri busi lain dari psikologi gestalt adalah pembedaan oleh Wertheimer atas belajar arbitrer dan belajar bermakna dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemecahan masalah .
Hal-hal yang membatasi itu antara lain adalah kekakuhan fungsional yaitu ketidak mampuan untuk melihat elemen-elemen dari masalah dengan cara baru dan kekakuhan dalam memecahkan masalah .

PERBANDINGAN ANTARA BEHAVIORISME DAN TEORI GESTALT
Behaviorisme dan teori gestalt berbeda pandangan  filosofisnya tentang belajar dalam hal identifikasi prinsip yang dapat di uji,pengandaan dalam observasi untuk verifikasi, dan aplikasi prinsip ke situs nyata. Kedua teori ini juga mengilustrasikan perkembangan pengetahuan melalui pengukuran yang akurat dan riset dan kondisi yang terkontrol.
Adapun aplikasi ke pendidikannya yaitu psikologi behaviorisme dan gestalt  mendasarkan suatu risetnya pada suatu asumsi yang berbeda mengenai sifat dan  belajar fokus dalam studinya.
Behaviorisme juga mendefenisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengidentifikasikan suatu stimuli dan respon spesifik sebagai fokus dalam risetnya dan sebaliknya psikologi gestalt berpendapat bahwa seseorang merespon suatu stimuli yang terorganisasi dan persepsi perorangan adaah suatu fakto yang sangat penting untuk memecahkan suatu masalah.



Rangkuman Kelompok II


Kelompok 11. Dengan personil :

Kewajiban kami sebelum mengikuti mata perkuliahan ini adalah bagaimana kami bisa merangkum bagian-bagian penting yang nantinya akan dipelajari lebih dalam dikelas. Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami mengenai “Teori-Teori Belajar Awal” berikut adalah hasil rangkumannya.

TEORI-TEORI BELAJAR AWAL
            Sebagai disiplin ilmu muda, psikologi menghadapi dua pertanyaan utama yaitu: Apa yang seharusnya menjadi fokus studi? Dan, apa yang seharusnya menjadi cakupan disiplin ilmu ini?. Menanggapi kedua pertanyaan utama tersebut, seorang tokoh psikologi B. Watson memunculkan pendekatan behaviorisme. Watson mencatat bahwa fokus pada kesadaran dan proses mental menyebabkan psikologi menemui jalan buntu karena topik-topiknya yang sulit ditangani. Oleh karena itu Watson mengusulkan subjek studi umum “Perilaku” untuk menyatukan semua psikolog.
            Menurut Watson (1913) dengan mempelajari perilaku, psikolog akan mampu memprediksi respons yang ditimbulkan lewat stimulus dan sebaliknya. Ketika tujuan ini tercapai psikologi akan menjadi ilmu eksperimental objektif.
            Dalam mempelajari perilaku ada dua pendekatan awal yang perlu diketahui, yaitu penngkondisian klasik dan koneksionisme. Selain tentang dua pendekatan awal, behaviorisme juga mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar yaitu :
1.      Yang menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan menjadi mental internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian.
2.      Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan respons spesifik).
3.      Proses belajar adalah perubahan behavioral. Suatu respons khusus terasosiasikan dengan kejadian dari suatu stimuli khusus, dan terjadi dalam kehadiran stimulus tersebut.
Berikut akan dibahas mengenai beberapa tokoh yang terkenal dengan pendekatan pengkondisian klasik dan koneksionismenya.
Pavlov dan Pengkondisian Klasik atau Refleks
Kisah riset Pavlov memperlihatkan seorang ilmuwan kesepian yang secara tidak sengaja menemukan cara untuk mengontrol perilaku sederhana saat meneliti reflex keluarnya air liur anjing. Pengkondisian refleks dalam eksperimen Pavlov dan Bekheterev merefleksikan asumsi ini dan mendemonstrasikan bahwa relasi natural antara stimulus dan reflex yang terasosiasikan dapat diubah. Riset ini memuat asumsi bahwa sebab-sebab perilaku yang kompleks akan dapat diungkap.
Melatih refleks untuk merespons stimulus baru membutuhkan pemasangan berulang kali antara stimulus tersebut dan stimulus yang secara alamiah memunculkan refleks. Sebagai hasilnya, stimulus yang dikondisikan (CS) akan menimbulkan respons yang dikondisikan (CR). Ini disebut pengkondisian klasik.

Behaviorisme John Watson
Watson memberi kontribusi pada perkembangan psikologi melalui tiga cara, yaitu:
1.      Watson mengorganisasikan temuan riset pengkondisian ke dalam perspektif baru, yakni behaviorisme, dan membujuk psikolog lain untuk memahami arti penting dari pendapatnya.
2.      Konstribusi asli dari karyanya adalah memperluas metode pengkondisian klasik ke respons emosional pada manusia.
3.      Karyanya meningkatkan status belajar sebagai topik dalam psikologi.
Selain mengajak orang lain untuk mendukung pendapat behaviorisme yang didasarkan pada pengkondisian klasik, Watson juga mengembangkan teori emosi behavioral. Dia berpendapat bahwa kehidupan emosi orang dewasa bersumber dari pengkondisian reaksi emosional insting (cinta, marah, takut) terhadap berbagai macam objek dan peristiwa.

Koneksionisme Edward Thorndike
Koneksionisme Edward Thorndike berbeda dengan pengkondisian klasik dalam dua hal. Pertama, Thorndike tertarik dengan proses mental, dan dia pertama-tama mendesain eksperimennya untuk meneliti proses pemikiran binatang. Kedua, alih-alih meriset reaksi refleks atau tidak sukarela, Thorndike meneliti perilaku mandiri atau sukarela.
Riset Thorndike terhadap hewan adalah meneliti perilaku mandiri hewan, bukan reaksi refleksnya. Setelah melihat makin cepatnya hewan berhasil mencapai makanan, dia menyimpulkan bahwa respons yang tepat “tertanam” melalui asosiasi dengan akses ke makanan, yakni suatu keadaan yang memuaskan (hukum efek).

PSIKOLOGI GESTALT
Fokus riset dalam psikologi gestalt ini yaitu persepsi dalam belajar. Psikologi gestalt ini juga berfugsi sebagai penentangan behaviorisme di pertangahan abad ke 20. Ada 4 asumsi dasar dalam psikologi gestalt yaitu
1.      berbeda dengan behavioris dalam teoretisi gestalt berpendapat bahwa yang harus di pelajari adalah perilaku “ molar “ bukan perilaku “ molecular
2.       organisme merespon “ keseluruhan sensoris yang “ tersegregasi “ atau gestalten
3.       lingkungan geografis yang hadir sebagaimana adanya, berbeda dengan lingkungan behavioral yang merupakan cara sesuatu muncul.
4.      Organisme lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan didalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
Asumsi kedua dan ketiga menyatakan bahwa individu memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli dan merespons berdasarkan persepsi tersebut. Teoretisi gestalt berpendapat bahwa organisasi atau susunan dari stimuli di lingkungan itu sendiri adalah sebuah proses dimana proses ini akan mempengaruhi persepsi individu (asumsi ke 4).
Organism merespon keseluruhan ketimbang stimuli spesfik organisasi stimuli mempengaruhi persepsi,dan indevidu membangun persepsi ketimbang hanya menerima informasi secara pasif.
Karakteristik tampilan stimulus yang mempengaruhi persepsi adalah komprehensivitas dan stabilitas gambaran dalam hukum pragnanz dan karakteristik lain yang memberi kontribusi pada kelengkapan suatu struktur dan pola.
Psikologi gestalt memberi kontribusi dalam beberapa konsep untuk memahami pemecahan masalah di mana konsep yang paling terkenal adalah konsep pemahaman atau wawasan.kontri busi lain dari psikologi gestalt adalah pembedaan oleh Wertheimer atas belajar arbitrer dan belajar bermakna dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemecahan masalah .
Hal-hal yang membatasi itu antara lain adalah kekakuhan fungsional yaitu ketidak mampuan untuk melihat elemen-elemen dari masalah dengan cara baru dan kekakuhan dalam memecahkan masalah .

PERBANDINGAN ANTARA BEHAVIORISME DAN TEORI GESTALT
Behaviorisme dan teori gestalt berbeda pandangan  filosofisnya tentang belajar dalam hal identifikasi prinsip yang dapat di uji,pengandaan dalam observasi untuk verifikasi, dan aplikasi prinsip ke situs nyata. Kedua teori ini juga mengilustrasikan perkembangan pengetahuan melalui pengukuran yang akurat dan riset dan kondisi yang terkontrol.
Adapun aplikasi ke pendidikannya yaitu psikologi behaviorisme dan gestalt  mendasarkan suatu risetnya pada suatu asumsi yang berbeda mengenai sifat dan  belajar fokus dalam studinya.
Behaviorisme juga mendefenisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengidentifikasikan suatu stimuli dan respon spesifik sebagai fokus dalam risetnya dan sebaliknya psikologi gestalt berpendapat bahwa seseorang merespon suatu stimuli yang terorganisasi dan persepsi perorangan adaah suatu fakto yang sangat penting untuk memecahkan suatu masalah.